Apakah Setiap Guru Sudah Siap Menghadapi Perubahan Pola Pembelajaran Dengan Sistem E-Learning ?
Anak-anak kita, khususnya siswa SMK telah menjadikan internet sebagai bagian dari kehidupan kesehariannya. Pada SAP kurikulum 2004, terdapat mata diklat pengenalan internet yang mungkin saja dianggap sebagai hal yang baru. Namun justru dengan demikian, anak-anak kita akan lebih banyak belajar dari beberapa situs yang ada di dalamnya. Misalnya saja ketika anak-anak kita tidak memahami bagaimana cara kerja mesin 2 tak yang diajarkan oleh gurunya, dia akan segera mencari informasi di dalam internet. Asalkan ada kemauan, hanya dengan mengetikan “mesin 2 tak” pada mesin pencari, maka sederetan judul artikel yang berkaitan dengan mesin tersebut akan dipampangkan. Maka dengan demikian, pengasaan informasi anak-anak kita akan lebih mendalam.
Lalu bagaimana dengan gurunya sendiri? bagaimana penguasaan teknologi informasinya? Dan bagaimana para guru menghadapi opini bahwa 90 % guru gagap teknologi ? Benarkah demikian ?
Kesemuanya mungkin menjadi PR kita bersama untuk menanggapi secara serius arti dari 90 % guru-guru adalah gagap teknologi. Karena jika benar demikian, alangkah menyakitkan. Sebab ditengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi tersebut.
Pembelajaran interaktif adalah ketika siswa sudah tidak lagi berasumsi guru sebagai satu-satunya sumber informasi (dan memang demikian). Karena toh siswa tersebut bisa belajar dengan beberapa modul yang ditawarkan untuk belajar mandiri di internet.
Lantas apa yang harus dilakukan adalah menanamkan arti pentingnya teknologi informasi dikalangan pendidikan khususnya para guru. Mahal memang, setidaknya karena beberapa kendala baik internal (karena kesibukan jam mengajar di berbagai tempat) maupun eksternal (seperti ketersediaan akses internet dan waktu pelatihannya sendiri). Namun demikian keharusan mendorong siswa kearah kreatif harus didukung oleh guru-gurunya sendiri. Untuk itu peranan para guru sangat dibutuhkan demi keseimbangan penguasaan dan pengemasan informasi yang bakal dihadapkan pada siswanya. Karena ada kemungkinan siswa telah memahami lebih jauh satu persoalan dari pada gurunya.
Kendala internal dan eksternal tersebut sebenarnya hanyalah sebuah “pembenaran” untuk tidak melakukan hal-hal yang dibutuhkan. Artinya, berpatokan pada peribahasa “dimana ada kemauan disitu ada jalan” kita memang harus mempersiapkan diri menyongsong era baru dalam berkomunikasi dengan berbagai informasi yang ada.
Menggagas kembali kata kunci dalam uraian ini yakni kegagapan para guru dalam teknologi informasi, nampaknya harus dibentuk satu kesepakatan yang diagendakan untuk sama-sama saling mengisi antara orang yang berkecimpung dalam dunia TI (guru KKPI) dan guru mata diklat lainnya dalam mengemas media pendidikan yang telah beralih formatnya kedalam media e-learning (komputerisasi).
Berangkat dari hal tersebut nampaknya kita harus ingat sebuah pesan Nabi Muhammad SAW “ Ajarilah anak-anakmu sesuai dengan jamannya dan bukan jaman mu ”.
Semoga tulisan ini menjadi awal pencerahan baru bagi guru-guru dimanapun juga untuk turut mensukseskan dan mengarahkan anak-anak kita kedalam dunia nyata yang semakin kuat pergesekannya”
Selamat Datang di Blog SMP Negeri 10 Tarakan.