Selamat Datang di Blog SMP Negeri 10 Tarakan.

Selasa, 07 Oktober 2008

Pembangunan Pendidikan indonesia

Oleh : Drs. Fekrynur St. Palindih, M.Ed.

Kita kembali ke ‘teman-teman guru kita’ yang telah berhasil mengirim siswa mereka jadi pemenang olimpiade. Mereka tentu tidak akan gegabah menepuk dada atas keberhasilan itu sambil berkata; saya guru (pembimbing) yang hebat..!
Keberhasilan dan kegagalan bisa terjadi di mana-mana, walaupun memang yang bersungguh-sungguhlah yang sering berhasil; ya gurunya, ya siswanya.
Ini tidak terlepas dari kontribusi semuanya, termasuk dari yang menyandang predikat pendukung.
Gelombang tsunami di Aceh dan Sumatera Utara membuat Indonessia, bahkan dunia, menangis. Di mana-mana dinaikkan bendera tanda berkabung, setengah tiang.
Tidak kita sadari, sebenarnya di negeri kita ini telah berjalan apa yang disebut sebagai: syndrom manusia bendera setengah tiang. Gejala penyakit ini adalah; pimpinan lebih suka merikrut sumberdaya manusia untuk membantunya dalam pekerjaannya dari kalangan yang ‘setengah pintar,’ ‘setengah pandai’, alias dibawah kepintaran dia sebagai bos. Perangai ini bisa diakibatkan rasa ketakutan si Bos disaingi oleh bawahannya. Atau, dia takut ketahuan oleh stafnya kalau ‘bendera penuhnya’ sebenarnya tidaklah tinggi-tingi amat. Si Bos merikrut stafnya untuk menjadikan dia sebagai pengganti dengan setengah hati, tidak dengan visi ingin membuat institusi lebih baik di masa mendatang. Akibatnya kebanyakan institusi kita selalu memulai dari nol kembali, tiap kali pempinannya pensiun atau mangkat.
Dalam membenarkan kebijakannya merikrut calon pimpinan baru dari kalangan manusia bendera setengah tiang, si Bos biasanya mencari-cari elah untuk membenarkan pilihannya. Dia bisa saja mengeluarkan ungkapan-ungkapan klise; ini pembinaan, penyegaran, jabatan adalah kepercayaan pimpinan, dan sebagainya. Dalam kondisi seperti itu, bendera setengah tiang tidak lagi pelambang kedukaan bagi manusia yang menyandangnya. Akan tetapi, dia berubah menjadi perlambang senyum kemenangan pengibarnya atas manusia lain yang berbendera tiga perempat tiang dan penuh. Hal ini bisa saja dirasakan semakin mengiris hati orang yang lebih pintar, yang lebih cerdas.
Anda mau maju?
Berpandai-pandailah membaca selera Si Bos. Periksa dulu bendera anda. Sebaiknya naikkan setengah tiang saja.
Bukan apa-apa. Siapa tahu si Bos Anda juga terjangkit syndrom bendera setengah tiang.