(Studi Deskriptif Analitis pada Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia)
Pembelajaran menulis yang menekankan pada teori semata-mata ternyata tidak meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa. Oleh karena itu, guna meningkatkan hasil menulis mahasiswa diperlukan suatu model pembelajaran menulis yang berorientasi pada praktik.
Teori belajar sosial (social learning theory) dapat digunakan sebagai payung dalam mengembangkan pembelajaran menulis yang berorientasi praktik yang dianggap sebagai teori ”jalan tengah” di antara behaviorisme dan kognitifisme’ Teori belajar sosial ini relevan untuk mengembangkan pembelajaran menulis karena memiliki pandangan bahwa perilaku atau tindakan manusia tidak semata-mata didorong oleh kekuatan dari dalam, juga tidak hanya berdasarkan stimulus respons, tetapi melibatkan fungsi psikologis yang dapat diterangkan sebagai interaksi yang kontinu dan timbal balik dari determinan-determinan pribadi dan lingkungan. Prinsip-prinsip tersebut tersirat pada proses menulis yang secara simultan melibatkan aspek kognitif, psikomotor, dan sekaligus apektif.
Berdasarkan konsep tersebut, peneliti merumuskan masalah penelitian sebagai berikut ini. Bagaimanakah model pembelajaran menulis artikel yang dapat meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa?
Untuk menemukan jawaban atas permasalahan tersebut telah dilakukan penelitian dengan menggunakan pendekatan kualitatif dan kuantitatif. Sementara itu, data diperoleh melalui instrumen: observasi, tes tulisan, angket, dan wawancara; kemudian data dianalisis secara deskriptif.
Berdasarkan kajian teoretis, uji coba secara empiris, dan pembahasan secara kritis terbukti bahwa model pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi efektif meningkatkan keterampilan menulis mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, UPI Bandung. Indikator peningkatan keterampilan menulis yaitu menurunnya tingkat kesalahan aspek mekanika dan tata bahasa pada hasil akhir pembelajaran, semakin baiknya aspek retorika, dan semakin tertib pengorganisasian/isi tulisan. Indikator kuantitatifnya yaitu terdapat selisih nilai rata-rata pretest dan posttest secara signifikan dari semua aspek (mekanika, tata bahasa, retorika, dan pengorganisasian/isi tulisan. Selain itu, sebagian besar (83,3%) mahasiswa mengakui bahwa model ini dapat meningkatkan motivasi menulis mereka.
Kegitan pembelajaran menulis artikel melalui workshop dan kolaborasi secara garis besar dapat dideskripsikan sebagai berikut ini.
Instruktur/dosen menyediakan sejumlah artikel yang sudah dimuat guna dijadikan model atau contoh oleh mahasiswa dengan cara dibaca berulang-ulang dan dikaji secara mendalam. Lalu, mahasiswa sebanyak mungkin dilatih menulis artikel dengan cara menulis berulang (multple drfating) dan mengoreksi tulisan sesama teman melalui kolaborasi. Selanjutnya, mahasiswa melakukan diskusi (conferencing) intrakelompok dan membahas hasil pengoreksiansesama teman maupun dari instruktur/dosen. Selain itu, mahasiswa melakukan tanya jawab secara langsung dengan dosen tamu (penulis profesional) ihwal tulis-menulis artikel. Sementara itu, sebagai kegiatan tahap akhir, mahasiswa melakukan pengeditan (editing) di bawah bimbingan instruktur/dosen di ruang komputer, hingga tulisan artikel dianggap sebagai tulisan jadi yang siap untuk dikirimkan ke media massa cetak (koran atau majalah).
Selamat Datang di Blog SMP Negeri 10 Tarakan.